Kepada dirimu...
Aku minta maaf sudah terlalu sering menyakiti hatimu dan mengecewakanmu.
Tapi sekali lagi maaf, bahwa jujur... aku bahagia dengan suasana ini.
Mencekam, perasaan bersalah, namun aku juga merasa bebas.
Selama ini kau pun pasti menahan rasa kekecewaanmu
Aku minta maaf belum bisa menjadi seperti harapanmu
Tapi aku menyayangkan, jika kau hanya melihat dari kesalahanku
Jujur, selama ini aku sakit karenamu
Tapi aku menyayangimu dan ku tahu begitu pun dirimu
Aku harus mengendalikan rasa sakitku terlebih dahulu, sebelum menghibur rasa sakitmu
Meskipun begitu, sikap kasarku tak bisa dibenarkan
Aku ingin kita saling memahami dari sudut pandang satu sama lain
Aku mengagumimu selalu !
Ku ikuti setiap langkahmu
Tapi aku sedih, disaat aku melenceng dari langkahmu, kau sebut diriku penghianat
Dan mempertanyakan siapa yang ku ikuti?
Aku ingin seperti dirimu!
Hanya saja dengan langkahku sendiri
Kau selalu membanggakan bahwa tapakmu dalam dan berbekas
Aku pun ingin seperti itu!
Namun kemudian aku tersadar dan kembali lagi setelah tapak pertamaku yang dangkal
Aku mengikuti tapakmu..
Namun kini diumurku yang dua puluh sekian, jejak ku masih belum ada
Dan kau menghentikan tapakmu
Aku baru memulai tapak dangkal ku saat ini
Disaat orang sepantaranku sudah memiliki tapak yang dalam
[September 2020, disaat aku bisa melihat mu tanpa amarah]
Diwaktu ini, adalah puncak dari rasa sakit ku..
Namun juga titik balik pada pikiranku
Mencoba mengerti pikiran orang yang membuat ku sakit
Memahami perasaan orang yang membuat ku sakit
Marah, gelisah, lega menjadi satu
Menata pikiran ternyata tak semudah itu
Komentar
Posting Komentar